SAMBENG, iNewsLamongan.id - Ratusan warga Dusun Jombok, Desa Wonorejo, Kecamatan Sambeng, Lamongan, tumpah ruah ke makam dan punden Pande pada Senin (24/04) untuk mengikuti salah satu tradisi budaya paling unik sekaligus penuh makna spiritual: Nyadran. Tapi ada satu hal yang bikin momen ini semakin menarik—ritual berebut uang yang dikenal dengan nama udik-udikan.
Tradisi ini bukan sekadar bagi-bagi rezeki, tapi dipercaya membawa berkah. Mbah Sapari (71), sesepuh dusun, menjelaskan bahwa Nyadran dilakukan sebagai wujud syukur atas hasil panen yang melimpah. "Kami melaksanakan ini agar selalu diberi kelimpahan dan dijauhkan dari segala musibah," tuturnya.
Warga berbondong-bondong membawa ambeng—nasi tumpeng lengkap dengan lauk-pauk—untuk didoakan di area makam yang dianggap sakral. Doa bersama dipimpin oleh para sesepuh desa. Setelah itu, dimulailah momen paling ditunggu: udik-udikan. Uang receh dilemparkan ke kerumunan warga, yang langsung antusias berebut.
Satur (45), salah satu peserta, bahkan mengaku selalu ikut setiap tahun. "Saya percaya, uang yang saya dapatkan dari tradisi ini membawa keberkahan dan rezeki yang tidak terduga," katanya dengan senyum lebar.
Nyadran sebagai ungkapan rasa ayukur atas hasil panen yang melimpah. Foto: iNewsLamongan.id/Abdul Wakhid
Tak hanya udik-udikan, sebagian warga juga menjalankan kaulan atau nadhar—semacam janji spiritual kepada Tuhan—sebagai ikhtiar untuk sembuh dari penyakit dan memohon keselamatan bagi ternak mereka. Terlebih setelah merebaknya wabah PMK yang meresahkan peternak setempat.
Tradisi Nyadran ini bukan hanya ritual spiritual, tapi juga ajang mempererat silaturahmi warga. Di tengah modernisasi, kebersamaan dan nilai-nilai kearifan lokal seperti ini menjadi napas penting bagi kehidupan masyarakat pedesaan.
"Selama masih ada yang melestarikan, kami percaya tradisi ini akan terus membawa keberkahan dan menjadi pelindung bagi dusun kami," pungkas Mbah Sapari.
Editor : Abdul Wakhid
Artikel Terkait