"Bagi saya sangat simpel kalau memang hewan yang akan kita korbankan. Kalau untuk sapi kita ragu atau kita was-was, ya bolehlah kita ganti dengan hewan yang lain seperti kambing di mana itu lebih maslakha. Buat kita pun tenang buat yang kita berikan kepada orang-orang yang kita beri daging kurbannya juga tenang,” paparnya.
Menurut dia, hakikat dalam berkorban adalah memberikan sesuatu untuk sesama umat muslim.
“Jadi tidak perlu kita besar-besarkan terkait dengan isu yang membuat seolah-olah ini menjadi bagian dari narasi untuk menakut-nakuti orang untuk berkorban," terangnya.
Pondok Pesantren Langitan Widang Kabupaten Tuban (Foto : iNews.id/Atmo)
Selanjutnya Gus Maksum menjelaskan, berkurban itu bagian dari sunah bukan bagian dari syarat wajibnya. Jadi bisa dialihkan ke Shodakoh yang lain.
"Kalau memang kita sudah pernah berkurban tahun kemarin ya sudah tidak apa-apa kita tidak harus memaksakan diri," imbuhnya.
Gus Maksum melanjutkan, sesuatu yang dipaksakan malah jadinya tidak lebih baik. Menanggapi isu yang berkembang, ia menegaskan, lebih baik menyikapi sederhana saja hindari yang kira-kira membahayakan serta ambil yang kira kira itu aman.
"Tidak usah kita membesar-besarkan, menakut-nakuti, justru saat kita menakutilah akan menjadi sebuah dosa besar bagi orang yang menyuarakan atau menarasikan seolah-olah itu berkurban hari ini bagian dari penyebaran penyakit," pungkasnya.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait