"Borjuasi memang kuat betul, sudah digoyang-goyang begitu rupa belum juga bisa tumbang," kata DN Aidit seperti dikutip dari G30S Dan Kejahatan Negara.
Munir yang pada tahun 1967-1968 terlibat aktif mempraktikkan tesis Kritik Oto Kritik (KOK) Sudisman di Blitar Selatan, Jawa Timur menyimpulkan DN Aidit bukan seorang pemimpin yang tangguh.
Meski berhasil membawa PKI dalam perolehan suara lima besar di Pemilu 1955, Aidit bukan pemimpin yang berpengalaman dalam memimpin aksi massa. Bahkan, memimpin sebuah aksi buruh dalam memperjuangkan tuntutan, kata Munir juga tidak pernah.
Kurangnya pengalaman dalam memimpin gerakan menyebabkan Aidit tak bisa menemukan jalan keluar saat partainya berantakan. Dia juga tidak sanggup memberi petunjuk konkret untuk dilaksanakan anak buahnya. Pada 22 November 1965, DN Aidit tertangkap.
Pimpinan tertinggi PKI itu dibekuk di wilayah Solo, Jawa Tengah, di rumah Kasim alias Harjo Martono warga setempat. Dalam perjalanan menuju ke Jakarta, DN Aidit dieksekusi di wilayah Boyolali, Jawa Tengah. Kabar yang beredar, tokoh PKI itu ditembak mati di dekat sumur tua di tengah kebun pisang.
Editor : Prayudianto