TUBAN, iNews.id - Tradisi atau kebiasaan adalah sebuah bentuk perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama. Atau sebuah konsep suatu kepercayaan atau perilaku yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Setiap wilayah di Indonesia tentu saja memiliki tradisi yang berbeda-beda, terutama setiap bulan Ramadhan. Begitu juga di kompleks makam Sunan Bonang, Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Kota Tuban, Jawa Timur yaitu pembagian takjil gratis berupa bubur suro atau yang lebih dikenal bubur Sunan Bonang untuk berbuka puasa.
Pembagian takjil bubur Sunan Bonang setiap bulan Ramadhan ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam. Berdasarkan data yang dihimpun dari pengurus yayasan, bubur suro sudah dimulai sejak zaman Sunan Bonang, tepatnya sekitar tahun 1500 M.
Warga berjubel untuk mendapatkan takjil peninggalan Wali
Keberadaan tradisi khas ini pun dipelihara oleh Yayasan Mabarrot Sunan Bonang untuk melestarikan tradisi dan budaya baik yang ditinggalkan oleh Kanjeng Sunan Bonang. Sehingga bubur tersebut merupakan kuliner paling ditunggu masyarakat Bumi Wali sebagai takjil setiap bulan Ramadhan.
Bubur Suro ini memiliki citarasa kaya rempah nan gurih sehingga nikmat untuk berbuka puasa. Menurut cerita warga dan abdi dalem Makam Sunan Bonang, konon dulu bubur tersebut dimasak langsung sang Sunan saat melakukan syiar agama Islam di Pulau Jawa.
Bubur ini memiliki bahan baku di antaranya beras, santan kelapa, garam, bumbu, serai, kunyit, rempah, irisan bawang putih dan bawang merah, irisan daging juga campuran tulang sapi dan bahan lainnya. Inilah yang membuat kuliner khas ini menjadi berbeda. Sebab kaldu yang di hasilkan dari rebusan tulang sapi ini memberi rasa khas pada bubur bonang.
Makanan yang sangat di tunggu-tunggu warga sekitar, para musafir serta peziarah yang melakukan iktikaf di makam sang sunan ini memiliki proses memasak berlangsung cukup lama, sekitar tiga jam lebih. Dalam proses pembuatannya bubur harus di aduk terus menerus mulai dari proses awal sampai matang.
Salah seorang juru masak bubur Sunan Bonang Ridwan yang sudah puluhan tahun menjadi juru masak bubur setiap tahunnya saat Bulan Ramadhan ini mengaku, bahan dasar pembuatan bubur ini adalah beras yang dimasak dengan air di atas belanga (wajan) besar, kemudian dicampur air santan dan sejumlah bumbu-bumbu khas Arab.
"Bubur ini sudah ada sejak zaman Sunan Bonang. Resepnya turun temurun tidak ada perubahan. Dimasak setelah Sholat Dzuhur dan dibagikan setelah Sholat Ashar," ucap Ridwan, Kamis (7/4/2022).
Ditempat yang sama, salah seorang warga sekitar makam Sunan Bonang bernama Dini (12) mengatakan, setiap tahun selalu ikut mengantri untuk mendapatkan takjil untuk berbuka bersama keluarga.
"Rasanya enak dan gurih, berbeda dari bubur lainnya," tutupnya.
Editor : Prayudianto