8.230 Hektar Sawah dan Tambak Terendam, Banjir Parah Kepung Lamongan Akibat Luapan Bengawan Jero

KALITENGAH.iNewsLamongan.id - Banjir kembali melanda Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Sebanyak 8.230 hektar lahan pertanian dan tambak warga terendam akibat luapan anak Sungai Bengawan Solo, atau yang dikenal dengan Bengawan Jero. Banjir ini telah berlangsung selama sepekan dan disebut sebagai yang terparah sepanjang tahun 2025.
Tak hanya merendam lahan produktif, banjir juga mengganggu aktivitas sehari-hari masyarakat. Di Desa Bojoasri, Kecamatan Kalitengah, misalnya, akses utama warga kini lumpuh total.
“Satu-satunya jalan desa ini terendam sepanjang 200 meter dengan ketinggian air mencapai 40 cm. Anak-anak sekolah pun sulit berangkat,” keluh Saikhu, warga setempat, Kamis (29/5/2025).
Menurut Saikhu, banjir serupa sudah empat kali terjadi hanya dalam kurun lima bulan terakhir. Namun, dampak banjir kali ini lebih parah karena menyebabkan kerusakan serius pada tambak dan terancamnya hasil panen petani.
Lebih memprihatinkan, banyak ikan budidaya petambak terbawa arus, membuat kerugian ekonomi makin besar. Para petani dan petambak kini berharap pemerintah segera mengambil langkah jangka panjang, bukan sekadar penanganan darurat saat banjir datang.
“Ini bukan soal air naik sesaat. Ini soal hidup kami. Harus ada solusi nyata dari pemerintah,” tegas Saikhu.
Plt Kepala Dinas PU Sumber Daya Air Lamongan, Erwin Sulistya Pambudi, menjelaskan bahwa kenaikan elevasi Kali Blawi menjadi salah satu penyebab utama banjir kali ini. Pada 29 Mei 2025, elevasi Kali Blawi tercatat mencapai +0,55 meter, yang masuk dalam status siaga merah.
“Penyebabnya kombinasi antara curah hujan ekstrem di wilayah hulu dan Lamongan, serta musim tanam kedua (MT II) yang sedang berlangsung,” terang Erwin.
Ia juga menyebutkan bahwa pintu air Kuro sempat tak bisa dibuka karena tingginya permukaan air Bengawan Solo. Sementara waduk dan rawa yang telah penuh harus melepas air ke wilayah hilir.
Namun, perkembangan terbaru menunjukkan bahwa pintu air sudah bisa dibuka kembali karena air mulai surut, baik dari arah Bengawan Solo maupun laut. Meski begitu, hal ini masih bersifat kondisional.
“Kalau air naik lagi, pintu akan ditutup kembali dan pompa Kuro akan dioperasikan secara maksimal,” tambahnya.
Respons Pemerintah: Operasi Dam, Pompa, dan Kerja Bakti
Sejumlah langkah penanganan darurat telah diambil pemerintah daerah bersama instansi terkait. Beberapa upaya yang telah dilakukan meliputi Kerja bakti pembersihan enceng gondok bersama warga. Pembukaan maksimal pintu-pintu dam seperti Dam Pembuang, Tambakombo, Wangen, dan Plosoboden.Pengoperasian penuh Pompa Kuro untuk mengalirkan air. Pemantauan intensif tinggi muka air (TMA) Bengawan Solo. Koordinasi rutin dengan BBWS Bengawan Solo, SDA Provinsi, PJT, IP3A, serta pemerintah desa dan kecamatan.
Meski sejumlah langkah telah dilakukan, ribuan hektar lahan pertanian belum bisa dikeringkan, sehingga petani belum dapat memulai musim tanam kedua (MT II). Pemerintah daerah berharap, kondisi segera membaik agar proses produksi pertanian bisa kembali berjalan demi menjaga ketahanan pangan lokal.
Editor : Abdul Wakhid