SMPN 1 Mantup Olah Buah Langka Kecacil Jadi Minuman Segar

MANTUP, iNewsLamongan.id - Buah kecacil mungkin terdengar asing bagi Generasi Z. Buah legendaris yang populer di kalangan generasi 90-an ke bawah ini kini semakin langka dan sulit ditemukan. Namun, SMP Negeri 1 Mantup, Kabupaten Lamongan, justru berupaya melestarikannya sekaligus mengolahnya menjadi minuman segar bernama Sari Kecacil.
Sekilas, buah kecacil mirip kelengkeng, namun ukurannya lebih kecil. Teksturnya lembut seperti duku, dengan rasa yang sangat asam hingga membuat merem melek saat mencicipinya.
Kepala SMP Negeri 1 Mantup, Syafiudin, mengatakan terdapat delapan pohon kecacil yang masih terawat baik di lingkungan sekolah. Melimpahnya buah kecacil saat musim panen justru menjadi tantangan karena rasanya yang asam membuatnya kurang diminati masyarakat.
“Ide awalnya karena ingin memanfaatkan potensi yang ada. Karena rasanya sangat asam, buah ini kurang bisa dinikmati langsung. Maka kami olah menjadi minuman segar yang rasanya asam-manis,” ujar Syafiudin, Sabtu (3/5/2025).
Proses pengolahan Sari Kecacil dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Ini juga menjadi bagian dari edukasi kepada siswa mengenai pengolahan bahan mentah menjadi produk siap jual.
“Ini merupakan salah satu produk unggulan sekolah, dan ikut mendukung kami meraih penghargaan Sekolah Adiwiyata Mandiri,” tambahnya.
Minuman Sari Kecacil dijual terbatas di koperasi sekolah dengan harga terjangkau, hanya Rp 5.000 per botol. Produksinya masih terbatas karena buah kecacil termasuk langka dan hanya berbuah secara musiman.
“Harapannya bisa dipasarkan lebih luas, seperti dititipkan di toko-toko. Tapi kami terkendala bahan baku. Karena buahnya musiman, kami hanya bisa produksi saat panen,” jelas Syafiudin.
Selain Sari Kecacil, SMPN 1 Mantup juga memproduksi aneka olahan dari hasil kebun sekolah lainnya, seperti puding srikaya, wajik srikaya, selai srikaya, hingga es krim srikaya.
“Semua potensi yang ada di sekolah kami manfaatkan untuk menghasilkan produk. Ini menjadi sumber pendanaan alternatif demi mendorong kemandirian finansial sekolah,” pungkasnya.
Editor : Abdul Wakhid