BRONDONG, iNewsLamongan.id - Kepala Badan Pengawasan Obat dan Pangan (BPOM), Taruna Ikrar, terus berupaya mendukung industri garam farmasi dalam negeri. Hal ini ia sampaikan saat berkunjung ke PT Garam Dua Musim Lamongan pada Selasa (4/2/2025).
Taruna mengungkapkan bahwa hingga saat ini, kebutuhan garam farmasi nasional masih bergantung pada impor. "Saat ini kita masih impor dan kebutuhan garam farmasi kita hampir 6.000 ton per tahun," ujarnya.
Untuk itu, BPOM berupaya mempercepat sertifikasi serta meningkatkan pengawasan pada industri garam farmasi dalam negeri. “Hal tersebut demi mendorong kemandirian dan daya saing produk lokal di pasar global,” tambahnya.
Dalam kunjungan tersebut, pihaknya meninjau langsung proses produksi, fasilitas, dan jaminan mutu, serta mengadakan diskusi dengan manajemen perusahaan. "Hal ini sebagai upaya untuk memperkuat industri garam farmasi dalam negeri," ujarnya.
Garam farmasi adalah garam dengan kemurnian tinggi yang digunakan dalam industri obat-obatan, cairan infus, dan produk kesehatan lainnya. Standar kemurnian garam farmasi sangat ketat, harus bebas dari kontaminan, serta memenuhi spesifikasi Farmakope Indonesia atau standar farmasi internasional.
Saat ini, sebagian besar kebutuhan garam farmasi di Indonesia masih dipenuhi melalui impor, terutama dari negara seperti Jerman, India, dan Tiongkok. Salah satu tantangan utama produksi dalam negeri adalah ketersediaan bahan baku berkualitas tinggi serta teknologi pemurnian yang memadai.
Untuk mengatasi hal ini, BPOM terus mengawal hilirisasi industri garam farmasi guna mewujudkan kemandirian dalam memenuhi kebutuhan bahan baku farmasi berkualitas. Langkah ini juga sejalan dengan upaya pemerintah dalam mengurangi ketergantungan terhadap impor dan meningkatkan daya saing industri garam nasional.
"Dengan peningkatan pengawasan dan percepatan sertifikasi, kami berharap industri garam farmasi dalam negeri dapat tumbuh lebih kuat dan mampu memenuhi kebutuhan nasional," tutup Taruna.
Editor : Abdul Wakhid
Artikel Terkait