Cara kerja alat ini disebutkan Anwar cukup sederhana. Pasien yang datang ke rumah sakit hanya perlu memindai sidik jarinya ke sensor yang telah terpasang di smartpen ini. Dari sanalah rekam medis riwayat penyakit pasien terkoneksi ke server website. Data-datanya pun disebut lengkap karena selain alat ini bisa merekam saturasi oksigen hingga detak jantung, riwayat penyakit lain bisa terekam lengkap.
"Sidik jari pasien akan memberikan akses untuk membuka rekam medis di laptop atau komputer, karena basic yang kami buat rekam medis berbasis elektronik. Untuk sensor print yang kami buat sudah kami tanam sebuah pemograman visualisasi gambar, dimana dari hasil yang secara sederhana alat ini mendeteksi alat finger print pasien," katanya.
Hasil pemindaian sensor sidik jari inilah yang akan mengirimkan data medis ke dalam sebuah website tersendiri. Dimana perbedaan masing-masing sidik jari antara satu pasien dengan pasien lainnya memudahkan identifikasi pasien yang datang, tanpa menunggu waktu lama.
"Ketika di finger print sudah terdeteksi, maka smartpen ini akan mengirimkan ID (sidik jari) tersebut ke website, secara otomatis website akan menampilkan data histori penyakit pasien," tuturnya.
Namun sebelum data pasien terekam ke dalam suatu data, tenaga medis harus memasukkannya secara manual ke dalam suatu website terlebih dahulu. Nantinya jika sudah dimasukkan tenaga medis tak perlu lagi mencari data rekam medis pasien. Dengan sistem seperti ini kevalidan data diklaim Anwar mencapai 90 persen, sehingga antar pasien kecil kemungkinan tertukar datanya.
"Semisal itu ada dari data medis terdahulu itu langsung terbuka. Kami menggunakan template - template sederhana, misalkan data riwayat terdahulu, identitas pasien, suhu tubuh, tapi untuk pembacaan sidik jari sudah 90 persen valid sudah bisa diakses," tuturnya.
Kini setelah lolos PKM KC, kelima mahasiswa UMM ini tengah berjuang untuk mematenkan hak kekayaan intelektual (HaKI). Tak hanya itu, timnya disebut Anwar berupaya menyempurnakan bentuk bolpoin pintar agar lebih kecil dan menyerupai bolpoin pada umumnya.
"Harapannya alat ini bisa terekonstruksi agar alat ini bisa dipakai oleh tenaga medis dan membantu masyarakat, agar lebih cepat agar tidak tergantung pada sistem kartu saja. Dengan teknologi ini diharapkan membantu meningkatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit," katanya.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait