Menyatukan Kembali Prasasti dan Candi Patakan dalam Ingatan Sejarah

LAMONGAN,iNewsLamongan.id - Di sudut tenang Desa Patakan, Lamongan, Jawa Timur, berdiri sebuah candi sederhana yang menyimpan cerita besar dari masa silam. Meski tampak bersahaja, bangunan ini menjadi saksi bisu kejayaan Kerajaan Airlangga pada abad ke-11. Jauh dari sana, di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, sebuah prasasti kuno bernama Prasasti Patakan disimpan dengan penuh kehati-hatian. Terpisah jarak ribuan kilometer, namun keduanya tetap terhubung erat dalam satu kisah sejarah.
Prasasti Patakan yang bertarikh 1042 Masehi merupakan peninggalan berharga dari masa pemerintahan Raja Airlangga. Ditulis dalam aksara Jawa Kuno di atas batu, prasasti ini mencatat pendirian sebuah bangunan suci serta pemberian status sima (pembebasan pajak) kepada Desa Patakan. Status tersebut diberikan sebagai bentuk penghargaan kepada masyarakat yang bersedia menjaga dan memelihara bangunan suci yang didedikasikan untuk Sanghyang Patahunan.
Kini, prasasti tersebut menjadi koleksi penting di Museum Nasional Indonesia, menjadi jendela berharga untuk memahami kebijakan administratif dan spiritual pada masa Kerajaan Airlangga.
Sementara itu, di tempat asalnya, Candi Patakan masih berdiri kokoh di lokasi yang diyakini sebagai tempat ditemukannya prasasti tersebut. Dengan struktur sederhana namun sarat makna, candi ini diyakini sebagai bangunan suci yang dimaksud dalam isi prasasti. Ornamen dan relief yang menghiasi bangunannya mencerminkan gaya arsitektur masa Airlangga, membawa imajinasi kita kembali ke era ketika spiritualitas dan kekuasaan berpadu dalam kehidupan masyarakat Jawa Timur.
"Sepertinya candi ini adalah wujud nyata dari apa yang tertulis di prasasti," ungkap seorang sejarawan lokal yang pernah meneliti situs tersebut. "Meski prasasti telah dipindahkan ke Jakarta, candi ini tetap menjadi saksi bisu hubungan antara Raja Airlangga dan rakyatnya di Desa Patakan."
Kedua artefak ini saling melengkapi: prasasti memberikan konteks sejarah dan bukti tertulis kebijakan kerajaan, sementara candi menjadi bukti fisik yang bisa disaksikan langsung oleh masyarakat saat ini. Bersama, keduanya menggambarkan warisan budaya dan spiritual yang diwariskan Airlangga dan bertahan hingga kini.
Bagi warga Desa Patakan, keberadaan candi ini lebih dari sekadar tumpukan batu tua. "Ini bagian dari identitas kami," ujar seorang warga. "Prasasti mungkin jauh di Jakarta, tapi candi di sini selalu mengingatkan kami pada kebesaran nenek moyang."
Pentingnya pelestarian kedua peninggalan ini tak bisa diabaikan. Prasasti Patakan dan Candi Patakan adalah jembatan yang menghubungkan generasi kini dengan masa lalu. Keduanya mengajak kita menyelami jejak kejayaan Airlangga dan menegaskan peran penting Lamongan dalam sejarah Jawa Timur. Meski terpisah jarak, makna yang mereka bawa tetap utuh—sebagai pengingat bahwa warisan sejarah adalah harta yang harus dijaga bersama.
Kalau kamu mau, saya juga bisa bantu dengan headline alternatif, lead yang lebih click-worthy, atau menambahkan kutipan ahli/sejarawan dari sumber lain.
Editor : Abdul Wakhid