TIKUNG, iNewsLamongan.id - Pemerintah Kabupaten Lamongan bersama jajaran Forkopimda dan akademisi membentuk Satgas Swasembada Pangan yang diberi julukan Sego Boran (Sinergi dan Kolaborasi untuk Negeri). Langkah ini dilakukan untuk memperkuat ketahanan pangan sekaligus mendukung program Asta Cita Presiden.
“Ini momen penting yang akan kita gunakan sebagai langkah bersama menuju Asta Cita, yaitu swasembada pangan. Kita tetap berkomitmen, tetap mendukung, dan tetap bekerja dengan kerja-kerja yang lebih baik,” ujar Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi (Pak Yes) dalam rapat koordinasi Satgas Swasembada Pangan di Lapangan Jotosanur, Lamongan, Selasa (17/12/2024).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Lamongan hingga November 2024, Kabupaten Lamongan dengan luas lahan panen mencapai 130 ribu hektare mampu menghasilkan produksi padi sebesar 776,96 ribu ton. Capaian ini kembali menempatkan Lamongan sebagai peringkat pertama di tingkat Provinsi Jawa Timur sebagai penyumbang produksi padi terbesar.
“Artinya, sampai saat ini kita masih menjadi harapan sebagai lumbung pangan nasional maupun Jawa Timur,” tambah Pak Yes.
Dalam upaya memperkuat ketahanan pangan, Pak Yes menyebut tiga komoditas utama yang menjadi fokus, antara lain tanaman padi dengan Luas lahan mencapai 154.815 hektare di 27 kecamatan. Tanaman jagung dengan luas lahan mencapai 57.425 hektare di 15 kecamatan. Serta kedelai dengan luas lahan mencapai 3.672 hektare di 8 kecamatan.
Sementara itu Dandim 0812 Lamongan, Letkol Arm Ketut Wira Purbawan, menyampaikan bahwa Kodim Lamongan tengah mengembangkan program Pertanian Megilan di Lapangan Jotosanur, Tikung Lamongan, sebagai demplot pengembangan ketahanan pangan.
Dalam kompleks tersebut dikembangkan berbagai sektor pertanian, antara lain: tanaman padi dengan bibit unggul, sorgum, kolam ikan bioflog, green house, kandang kambing dan sapi, keramba ikan, pembibitan tanaman, hingga berbagai jenis sayuran seperti cabai, jagung, kangkung, serta tanaman jati.
“Di sini, kami menggunakan pupuk organik serta nutrisi, enzim, dan pestisida alami. Selain itu, pengembangan ketahanan pangan juga kami lakukan di demplot Koramil dan demplot rawa,” jelasnya.
Dandim Ketut Wira menekankan pentingnya pemanfaatan lahan rawa sebagai alternatif produktif di tengah masifnya peralihan lahan pertanian menjadi pemukiman. “Kita buat kelompok tani rawa di 5.000 hektare seperti kelompok tani hutan Perhutani. Lahan hanya boleh dimanfaatkan untuk pertanian, sementara kepemilikannya tetap milik pemerintah,” ujarnya.
Kepala Dinas PU Sumber Daya Air Kabupaten Lamongan, Gunadi, menyatakan akan mengkoordinasikan pemanfaatan lahan rawa ke tingkat provinsi dan nasional sesuai status kepemilikan.
Di lain sisi, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lamongan, Moch Wahyudi, menambahkan bahwa pemanfaatan lahan rawa untuk pertanian telah diterapkan di Pucuk dengan fokus pada tanaman wijen.
Ketahanan pangan merupakan faktor krusial bagi suatu daerah, terutama dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, krisis pangan, serta peralihan fungsi lahan. Dengan ketahanan pangan yang kuat, daerah tidak hanya mampu mencukupi kebutuhan pangan masyarakatnya, tetapi juga berkontribusi terhadap stabilitas ekonomi dan kesejahteraan nasional.
Kabupaten Lamongan, sebagai salah satu lumbung pangan utama Jawa Timur, memiliki tanggung jawab strategis dalam memastikan produksi pangan berkelanjutan. Sinergi antara pemerintah daerah, TNI, akademisi, dan petani, seperti dalam program Sego Boran, menjadi kunci dalam mencapai swasembada pangan serta mendukung visi Asta Cita Presiden untuk kemandirian pangan nasional.
Langkah ini diharapkan mampu menjaga ketahanan pangan jangka panjang, mengoptimalkan potensi lahan pertanian, serta meningkatkan kesejahteraan petani di Kabupaten Lamongan.
Lamongan
Editor : Abdul Wakhid