GLAGAH, iNewsLamongan.id - Tragedi akibat penggunaan jebakan tikus beraliran listrik kembali terjadi di Kabupaten Lamongan. Seorang petani bernama Sholig alias Supeno (51), warga Dusun Suwi, Desa Sudangan, Kecamatan Glagah, ditemukan tewas akibat tersengat listrik jebakan tikus di area persawahan pada Kamis (12/12/2024) sekitar pukul 19.00 WIB.
Korban ditemukan oleh H. Khoiron (60), pemilik lahan sekaligus perangkat desa, di pematang sawahnya yang berlokasi di Dusun Garangan, Desa Sudangan. Saat itu, H. Khoiron berniat menemui korban yang sedang menjaga bibit padi. Namun, ia mendapati korban tergeletak tidak bernyawa.
Peristiwa ini segera dilaporkan ke Polsek Glagah. Kapolsek Glagah, Iptu Bambang Siswoyo, SH, mengonfirmasi bahwa korban meninggal akibat jebakan tikus listrik. "Betul, korban kesetrum listrik jebakan tikus yang dipasang di lahan persawahan," jelas Bambang pada Jumat (13/12/2024).
Setelah pemeriksaan oleh pihak kepolisian dan petugas kesehatan, jenazah korban dibawa ke rumah duka tanpa dilakukan autopsi atas permintaan keluarga. Keluarga menerima kejadian ini sebagai musibah dan membuat pernyataan resmi menolak autopsi.
Tragedi seperti ini bukan kali pertama terjadi di Lamongan. Meski telah dilarang oleh pemerintah, penggunaan jebakan tikus beraliran listrik masih marak dilakukan petani untuk melindungi tanaman padi dari serangan hama tikus. Alat ini dianggap efektif, tetapi risikonya sangat besar, termasuk mencelakai manusia hingga menyebabkan kematian.
Kapolsek Glagah mengimbau masyarakat, khususnya para petani, untuk berhenti menggunakan jebakan tikus dengan aliran listrik. "Sudah banyak korban meninggal dengan penyebab yang sama. Dan ini harus disadari oleh masyarakat petani," tegasnya.
Penggunaan listrik untuk jebakan tikus bukan hanya membahayakan nyawa, tetapi juga melanggar aturan. Pemerintah dan aparat keamanan terus mengupayakan edukasi kepada petani tentang bahaya metode ini. Sebagai alternatif, petani dapat menggunakan cara lain seperti pemasangan perangkap mekanis, penggunaan predator alami seperti burung hantu, atau menanam varietas padi yang lebih tahan terhadap hama.
Tragedi ini diharapkan menjadi pelajaran bagi semua pihak. Keamanan dan nyawa manusia jauh lebih penting dibandingkan keuntungan sesaat dari hasil panen. Sudah saatnya para petani memilih cara-cara yang lebih aman dan berkelanjutan untuk melindungi sawah mereka dari serangan hama tikus.
Editor : Abdul Wakhid