LAMONGAN, iNewsLamongan.id - Selain dikenal dengan kuliner khas seperti soto dan nasi boran, Lamongan juga menyimpan warisan budaya berupa batik yang kaya akan sejarah dan filosofi. Salah satu motif batik yang terkenal adalah Batik Singo Mengkok, peninggalan Sunan Drajat, yang kini menjadi salah satu koleksi andalan di Museum Sunan Drajat, Kecamatan Paciran.
Batik ini dipercaya digunakan secara turun-temurun oleh keturunan Sunan Drajat, seorang tokoh penyebar Islam yang juga bagian dari Walisongo. Koleksi ini memiliki nomor inventaris 78/LMG/2003, dengan ukuran panjang 116 cm dan lebar 50 cm, dan disimpan dalam kondisi terlipat di atas pedestal yang dilindungi kaca.
Menurut Camella Sukma Dara, arkeolog sekaligus Direktur Kailasa Kreasi Nusantara, kain batik Singo Mengkok diperkirakan telah ada sejak abad ke-18. "Batik ini sudah sangat rentan. Ada sobekan dan lubang karena termakan usia," ujarnya dalam Seminar Hasil Kajian Koleksi Museum yang digelar oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan pada Selasa (3/12/2024).
Filosofi Motif Singo Mengkok
Motif Singo Mengkok terdiri dari empat elemen utama, yaitu:
1. Motif Singa: Melambangkan kebijaksanaan dan menjadi simbol penangkal sifat buruk. Motif ini diduga terinspirasi dari ornamen gamelan peninggalan Sunan Drajat.
2. Motif Mahkota: Menggambarkan kekuasaan dunia dan menjadi perlambang pemimpin yang bijaksana.
3. Motif Kubah Masjid: Mengacu pada nilai-nilai keimanan dan keesaan Tuhan.
4. Motif Burung Garuda: Menyimbolkan ajaran Hasta Brata, yakni delapan sifat bijaksana yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang mendahulukan kepentingan rakyat.
Motif-motif ini menunjukkan kedekatan nilai budaya dan religius yang diajarkan Sunan Drajat, sekaligus menegaskan betapa pentingnya tradisi sebagai alat pendidikan moral bagi masyarakat.
Upaya Konservasi dan Pelestarian
Mengingat kondisinya yang kian rapuh, upaya konservasi Batik Singo Mengkok kini tidak hanya berfokus pada fisiknya tetapi juga filosofinya. Tim pengkaji Museum Sunan Drajat telah mereplikasi motif ini agar tetap hidup di tangan para pengrajin batik lokal.
"Pelestarian ini dilakukan agar motif ini dikenal sebagai identitas budaya Lamongan dan bahkan Indonesia. Kami berharap bisa mengusulkannya sebagai warisan budaya nasional," kata Camella.
Di samping itu, pelestarian ini juga membuka peluang ekonomi melalui pengembangan industri batik berbasis motif tradisional. Replikasi motif Singo Mengkok menjadi cara untuk memperkenalkan seni ini ke pasar yang lebih luas, baik nasional maupun internasional.
Sejarah dan Asal Usul
Batik Singo Mengkok tidak hanya memuat filosofi Jawa tetapi juga merefleksikan pengaruh Islam dalam seni batik tradisional. Sebagai tokoh penyebar Islam, Sunan Drajat dikenal mendorong seni sebagai media dakwah. Dipercaya bahwa kain ini dulunya digunakan sebagai simbol kebesaran dalam acara-acara adat atau keagamaan di masa Sunan Drajat.
Menurut sejarawan lokal, tradisi penggunaan batik di kalangan Walisongo tidak hanya berfungsi sebagai pakaian, tetapi juga medium penyampaian ajaran agama dan nilai-nilai moral melalui simbol-simbol visual yang ada pada motifnya.
Harapan Masa Depan
Dengan langkah-langkah konservasi dan pengembangan motif, Batik Singo Mengkok memiliki potensi untuk menjadi ikon kebanggaan masyarakat Lamongan dan Indonesia. Motif ini juga bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus menciptakan karya batik yang kaya akan nilai tradisional dan sejarah.
"Dengan memperkenalkan Batik Singo Mengkok kepada generasi muda, kita tidak hanya melestarikan budaya tetapi juga memperkuat identitas bangsa. Semoga motif ini dapat terus berkembang dan dikenal secara global," pungkas Camella.
Batik Singo Mengkok menjadi bukti nyata betapa kayanya tradisi Lamongan, yang mampu menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan melalui seni batik.
Editor : Abdul Wakhid
Artikel Terkait