Walau diremehkan dan dianggap underdog bahkan oleh teman dan orang dekatnya, lalu dihantam berbagai cobaan, dia terus berjuang sampai titik kesabaran terakhir. Dalam perjalanannya, dia kemudian melintasi tiga ‘Ranah’: Indonesia, Timur Tengah dan Kanada.
Diperankan oleh Arbani Yasiz, karakter Alif Fikri, yang adalah anak kampung dari pinggir Danau Maninjau yang ingin mengikuti idolanya, BJ Habibie, belajar dan merantau jauh sampai ujung dunia.
Sayangnya, rencananya tidak mulus karena sebagai lulusan pesantren, dia tidak bisa langsung kuliah di perguruan tinggi umum. Dengan perjuangan keras, dia akhirnya bisa kuliah di Bandung dan tidak pernah melupakan cita-citanya bisa ke benua Amerika.
Kesempatan datang ketika dia mencoba mengikuti program Pertukaran Pemuda ke Kanada. Dengan spirit "Underdog Can Win" yang diinspirasi oleh kemenangan tim sepakbola Denmark di Piala Eropa 1992, Alif membakar terus semangatnya untuk membalikkan semua anggapan orang.
Randai (19) yang diperankan Teuku Rassya adalah teman dekat tapi sekaligus pesaing berat Alif. Mereka bersaing dalam dunia akademik sampai dalam dunia cinta. Kompetisi ini membuat hubungan mereka naik turun, tapi selalu membuat mereka berdua berlomba-lomba meningkatkan diri.
Sedangkan Raisa (19) yang diperankan Amanda Rawles, adalah teman baik mereka berdua, dan mereka bersaing memperebutkan hati Raisa. Film ini juga didukung oleh beberapa pemain muda serta aktor dan aktris senior, seperti Raim Laode, Risma ‘Neneng’ Wulandari, Sadana Agung, Maudy Koesnaedi, David Chalik, Donny Alamsyah, Tanta Ginting, dan beberapa aktor pendukung lainnya.
Sebelumnya, film Ranah 3 Warna terpilih menjadi opening film dalam Jakarta Film Week 2021. Meski di tengah maraknya film bergenre horror, film ini dinilai mempunyai kualitas dan gaya tutur cerita yang sarat dengan pesan moral. Sementara dari sisi cerita, Ranah 3 Warna mempunyai cerita yang unik dan kaya dengan keberagaman khas Indonesia.
Cerita yang terkandung dalam film ini secara tidak langsung merupakan cerminan keresahan perasaan yang secara umum dan seringkali dialami gen Z dan milenial dalam ‘seperempat’ hidupnya atau yang akrab disebut ‘Quarter-Life Crisis’. Film ini mampu memberikan motivasi dan inspirasi positif untuk berjuang dalam menghadapi hidup, karier, masa depan hingga percintaan.
Editor : Prayudianto