Dikhianati Manajemen! LA Mania & Curva Boys Kompak Boikot Pertemuan Persela.
LAMONGAN, iNewsLamongan.id - Akuisisi mayoritas saham PSIS Semarang oleh Datu Nova Fatmawati, istri dari CEO Persela Lamongan Fariz Julinar Maurisal, memicu gejolak di kalangan pendukung fanatik Laskar Joko Tingkir. Dua kelompok besar suporter, L.A Mania dan Curva Boys, menganggap langkah tersebut melukai kepercayaan serta komitmen manajemen terhadap Persela.
Kekesalan itu memuncak pada sikap tegas kedua kelompok yang sepakat menolak menghadiri undangan pertemuan manajemen Persela di Dapur Kopi, Kamis (20/11/2025) malam. Penolakan tersebut menjadi bentuk protes resmi atas potensi konflik kepentingan yang muncul setelah keluarga Fariz mengelola dua klub yang berada pada level kompetitif serupa.
Pentolan Curva Boys, Basir, menyampaikan kekecewaan mendalam terhadap keputusan tersebut. Menurutnya, akuisisi PSIS oleh keluarga Fariz berpotensi menabrak prinsip-prinsip dasar dalam tata kelola sepak bola modern.
“Pertama tentu kami sangat terkejut. Kami tidak sependapat dengan langkah manajemen sekarang, Pak Fariz. Dalam sepak bola ada prinsip fair play, dan setiap pengelola dituntut menghindari konflik kepentingan,” kata Basir, Jumat (21/11/2025).
Basir menilai, keputusan itu dapat memberi dampak buruk bagi Persela, terutama jika terbukti melanggar regulasi kompetisi.
“Kami sangat menyayangkan dan khawatir atas dampaknya bagi Persela, termasuk jika ada regulasi yang dilanggar,” lanjutnya.
Curva Boys pun telah merilis manifesto sikap resmi melalui akun Instagram mereka, menegaskan tuntutan agar manajemen menepati janji membawa Persela promosi ke Super League.
Terkait penolakan menghadiri undangan manajemen, Basir menyebut langkah tersebut merupakan upaya meredam potensi konflik.
“Ini untuk menjaga kebaikan bersama, terutama antara kami dan manajemen. Situasi seperti ini bisa memicu konflik lebih besar. Kita tenangkan diri dulu, nanti kalau sudah kondusif baru bicara baik-baik,” ujarnya.
Pentolan L.A Mania, Amar, menyampaikan pandangan serupa. Ia menilai pengambilalihan PSIS oleh keluarga Fariz membuka peluang besar terjadinya conflict of interest, mengingat kedua klub berada pada level kompetitif dan grup liga yang sama.
“Kami tidak setuju karena kedua klub satu level. Rawan keterpihakan hanya karena berlandaskan bisnis,” tegasnya.
Amar menyoroti kekhawatiran bahwa fokus manajemen terhadap Persela bisa terpecah, terutama karena saham Fariz di Persela tidak dominan.
“Bisa jadi separuh hati dalam mengelola tim, terutama Persela,” ujarnya.
Ia bahkan mengusulkan agar Persela dipimpin manajer yang lebih fokus dan profesional demi menjaga stabilitas tim.
“Ganti manajer yang benar-benar mampu mengelola tim sepak bola,” katanya.
Editor : Abdul Wakhid