get app
inews
Aa Read Next : Wujud Syukur Warga Jugo Menggelar Wiwit

Desa Unik di Bali, Perempuan Belum Menikah Wajib Lakukan Ritual dari Nenek Moyang Setahun Sekali

Jum'at, 03 Februari 2023 | 18:38 WIB
header img
Desa unik di Bali yang punya ritual aneh (Foto: Instagram @anandagotama)

JAKARTA, iNewsLamongan.id - Bali tak hanya memiliki keindahan alam yang menawan, tetapi adat atau tradisi yang dimiliki juga menarik perhatian. Bahkan, jika singgah ke salah satu desa di Pegringsingan, Anda akan menemukan hal unik.

Ya, ada desa unik di Bali, tepatnya di Desa Tenganan di Pegringsingan, Kabupaten Karangasem, yang memiliki tradisi khusus bagi para gadis yang belum menikah, yaitu tradisi Mayunan.

Mayunan merupakan prosesi ritual di mana para remaja di Desa Tenganan akan duduk di ayunan raksasa. Eits tapi jangan salah, karena tak sekadar duduk tetapi prosesi tersebut memiliki makna bagi masyarakat Desa Adat Tenganan.

Lalu apa itu tradisi Mayunan, dan apa maknanya? Simak penjelasan berikut ini. Dirangkum pada Rabu (1/2/2023).
 

Bagian dari Tradisi Sasih Sembah

Tak bisa membahas tradisi Mayunan tanpa membahas tradisi atau ritual Sasih Sembah, yang dilaksanakan setahun sekali, yaitu setiap sasih kalima atau bulan kelima dalam kalendar Tenganan (sekitar bulan Mei-Juni dalam kalendar Masehi). Sasih Sembah dilakukan sebagai bentuk penghargaan terhadap Dewa Indra, dewa peperangan dalam mitologi agama Hindu Indra. Masyarakat Tenganan percaya, desa mereka merupakan hadiah dari Dewa Indra. Adapun salah satu bentuk ritual Sasih Sembah yaitu Perang Pandan atau Mekare kare, salah satu ritual adat yang populer di kalangan wisatawan. Jika Perang Pandan dilakukan oleh laki-laki, tradisi Mayunan inilah ritual yang diperuntukan bagi perempuan Desa Adat Tenganan. 


Mohon keselamatan pada Tuhan 

Baik tradisi Perang Pandan maupun Mayunan memiliki makna Usabha Sambah atau upacara keagamaan untuk memohon keselamatan pada Tuhan. Usabha Sambah merupakan pertanda proses menuju kedewasaan dari masa remaja. Para remaja perempuan Desa Tenganan, diharuskan menjalankan ritual ini dengan cara menaiki ayunan besar yang terbuat dari kayu. Tradisi Mayunan memiliki makna, proses menaiki ayunan ini melambangkan makna kehidupan yang terus berputar, terkadang di atas dan kadang di bawah seiring dengan berjalannya waktu.

Ritual Mayunan dilakukan setelah usainya Perang Pandan. Para gadis Desa Tenganan yang disebut Daha, akan duduk di ayunan yang terdiri dari 8 bangku dengan mengenakan kain tradisional berwarna keemasan. Untuk menggerakkan ayunan, terdapat masing-masing 1-2 orang Truna atau pemuda laki-laki, di tiang penyangga ayunan yang bertugas untuk memutar ayunan yang diletakkan di halaman desa tersebut. Namun, sebelum menaiki ayunan, para Daha telah melewati proses ‘nyanjan’ yang ditandai dengan kesurupan saat persembahyangan ‘Karya Pujawali’ yang dilakukan di Pura.

Tradisi ngayunan damar dilakukan setahun sekali biasanya jatuh pada Juni dan Juli setelah pegelaran Mekare-kare (Perang Pandan). Ayunan yang digunakan dalam prosesi ini adalah ayunan warisan nenek moyang yang tidak boleh sembarangan dimainkan. Setelah dipasang, ayunan harus diupacarakan terlebih dahulu.

Itulah seputar desa unik di Bali yang masih menerapkan tradisi mayunan dan menjadi daya tarik bagi wisatawan.


 

Editor : Prayudianto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
icon news update
Berita Terkini
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut