Matoha mengaku, tak mengetahui pasti lokasi dimana cerita yang dimaksudkan akun Simple Man di Twitternya. Namun dari penafsiran hasil membacanya kuat dugaan itu masih berada di tanah Jawa. Sehingga ia memutuskan mengedepankan pesan moral dari cerita akun Simple Man untuk lagi yang dibuatnya.
"Yang saya tangkap itu pesan moral yang ada di dalam Simple Man. Saya tidak memperhatikan itu Banyuwangi atau mananya, tapi lebih pada cerita yang dimaksud abstrak itu, saya coba kupas sesuai dengan yang saya ngerti, bahwa itu kejadian yang dimaksud (cerita KKN di Desa Penari) tidak lepas dari menurut saya asal usul tanah Jawa," katanya.
Menurutnya, sebagai penerus tanah Jawa sudah seharusnya manusia di manapun harus menghormati adat istiadat dan kearifan lokal di setiap daerah. Pasalnya setiap daerah tentu memiliki kearifan lokal dan pantangan yang berbeda-beda.
"Kita sebagai penerus yang di tanah Jawa yang menghormati yang ada di Jawa. Jadi pengertiannya bukan Banyuwangi tapi Jawa," ujarya.
Proses penciptaan lirik lagu disebut Matoha juga cepat, mengingat sang anak yang tiba-tiba pulang akhirnya saat itu juga ia mencoba membuatkan lagu. Pada malam harinya tepat di malam Jumat, proses rekaman untuk lagu sampel yang dikirimkan ke MD Musik dilakukan.
"Saya buat yang ada dalam otak saya sama dia bantu, amanatnya itu saya coba buatkan sebentar. Malamnya kita rekaman, kami bertiga, saya anak saya nomor satu (Kinanti) dan anak saya nomor dua," tuturnya.
Menariknya rekaman lagu simpel untuk demo yang dikirim dikerjakan seadanya dengan menggunakan smartphone. Proses pengerjaan lagu dan nada-nadanya pun dilakukan di Balai RT setempat. Karena di tempat tersebut terdapat perangkat alat musik gamelan yang sengaja dipinjam oleh Matoha dan anak keduanya dari sekolah tempatnya mengajar.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait