“Ayam potong dari Rp34 ribu naik jadi Rp35 ribu, ayam horn dari Rp35 ribu sekarang Rp36 ribu. Kenaikannya sekitar empat hari terakhir, setiap hari terus naik,” ungkapnya.
Ia menambahkan, kenaikan harga daging ayam juga dipengaruhi oleh semakin ketatnya persaingan pedagang di sekitar pasar.
“Pembeli berkurang. Sekarang yang jual ayam banyak, bukan cuma di pasar, tapi juga di pinggir jalan. Dulu saya stok tiga kuintal, sekarang hanya dua kuintal,” katanya.
Khusnul berharap pemerintah bisa mengendalikan harga agar tidak semakin memberatkan masyarakat.
“Harapannya harga bisa stabil, jangan naik terus, supaya pembeli tetap bisa membeli,” harapnya.
Kenaikan harga daging ayam juga dikeluhkan oleh para pembeli. Aisyah, salah satu pelanggan, merasa terbebani karena daging ayam merupakan kebutuhan pokok.
“Tadi beli ayam, naiknya Rp2 ribu. Mau puasa itu semua harga naik, beras, minyak, telur, dan ayam. Semoga harganya tidak terus naik karena ayam itu kebutuhan utama,” ujar Aisyah.
Sementara itu, pedagang telur di pasar tersebut justru mengalami lonjakan permintaan. Guntur, seorang pedagang telur, mengaku penjualannya meningkat hingga 2,5 ton per hari meskipun harga telur naik dalam sepekan terakhir.
“Saat ini, harga telur horn merah Rp29 ribu dari sebelumnya Rp24 ribu. Telur kram (kulit tipis) naik dari Rp23 ribu jadi Rp28 ribu. Telur pecah juga naik dari Rp23 ribu menjadi Rp26.500. Mungkin karena menjelang Ramadan, jadi banyak yang beli,” jelas Guntur.
Dengan tren kenaikan harga ini, masyarakat berharap ada langkah konkret dari pemerintah untuk menstabilkan harga bahan pokok menjelang Ramadan.
Editor : Abdul Wakhid
Artikel Terkait