Mohon keselamatan pada Tuhan
Baik tradisi Perang Pandan maupun Mayunan memiliki makna Usabha Sambah atau upacara keagamaan untuk memohon keselamatan pada Tuhan. Usabha Sambah merupakan pertanda proses menuju kedewasaan dari masa remaja. Para remaja perempuan Desa Tenganan, diharuskan menjalankan ritual ini dengan cara menaiki ayunan besar yang terbuat dari kayu. Tradisi Mayunan memiliki makna, proses menaiki ayunan ini melambangkan makna kehidupan yang terus berputar, terkadang di atas dan kadang di bawah seiring dengan berjalannya waktu.
Ritual Mayunan dilakukan setelah usainya Perang Pandan. Para gadis Desa Tenganan yang disebut Daha, akan duduk di ayunan yang terdiri dari 8 bangku dengan mengenakan kain tradisional berwarna keemasan. Untuk menggerakkan ayunan, terdapat masing-masing 1-2 orang Truna atau pemuda laki-laki, di tiang penyangga ayunan yang bertugas untuk memutar ayunan yang diletakkan di halaman desa tersebut. Namun, sebelum menaiki ayunan, para Daha telah melewati proses ‘nyanjan’ yang ditandai dengan kesurupan saat persembahyangan ‘Karya Pujawali’ yang dilakukan di Pura.
Tradisi ngayunan damar dilakukan setahun sekali biasanya jatuh pada Juni dan Juli setelah pegelaran Mekare-kare (Perang Pandan). Ayunan yang digunakan dalam prosesi ini adalah ayunan warisan nenek moyang yang tidak boleh sembarangan dimainkan. Setelah dipasang, ayunan harus diupacarakan terlebih dahulu.
Itulah seputar desa unik di Bali yang masih menerapkan tradisi mayunan dan menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait