TUBAN, iNews.id - Dalang muda saat ini terhitung langka. Tidak heran jika muncul dalang muda langsung mendapatkan perhatian khusus masyarakat. Salah satu dalang muda yang diidolakan adalah Ki Buntas Pradoto. Di usianya 33 tahun dalang asal Desa Sobontoro, Kecamatan Tambakboyo, Kabupaten Tuban ini cukup piawai membawakan lakon wayang. Laris tanggapan dari Tuban hingga kota-kota lain di Jawa Timur hingga Jawa tengah.
“Sebenarnya saya tidak pengin menjadi dalang. Namun karena darah seni yang mengalir dari keluarga, pada akhirnya terjun menjadi dalang,” kata Ki Buntas mengawali kisah, saat di wawancarai oleh wartawan iNews.id di rumahnya, Minggu (10/4/2022).
Diakui pria kelahiran 17 Oktober 1988 ini, dirinya dibesarkan dilingkungan keluarga dalang. Bapaknya Ki Mudho Sarsito merupakan dalang ternama di Bumi Ronggolawe. Sejak kecil dirinya selalu diajak orang tuanya saat tanggapan pentas wayang kulit. Setiap kali menonton pertunjukan wayang kulit yang dimainkan bapaknya.
Ki Buntas Pradoto bergerilya mengenalkan wayang kepada anak-anak.
Ki Buntas mengaku selalu terpesona pada jalan cerita dan cara memainkan wayang. Dirinya tidak akan tidur semalam suntuk sebelum jalan cerita wayang berakhir. Malahan ketika sakit, dirinya tetap memaksakan diri ikut sang Bapak tanggapan. Dan sakitnya sembuh usai menonton pertunjukan wayang hingga rampung.
Dari silsilah keluarga bapaknya, semuanya dalang. Dari Buyut, kakek hingga semua saudara bapaknya berprofesi sebagai dalang ternama dijamannya.
Ki Buntas ingat, pertama kali memainkan wayang kulit ketika ditodong teman-teman di Kampusnya Universitas Negeri Malang (UNM) untuk mengisi pentas malam perpisahan. Setelah itu dirinya tanggapan perdana menggantikan sang Bapak di acara hajatan di Fesa Kedungmakam, Kecamatan Jatirogo, Tuban pada 24 April 2015. Dirinya membawakan lakon Wahyu Tri Nugroho Jati.
“Saat itu saat menyuguhkan kopi, tamunya tanya pada bapak, apa saya bisa dalang. Dijawab bapak bisa. Akhirnya saya diminta ikut pentas saat malam harinya,” ujar putra nomer empat dari empat saudara pasangan Ki Mudho Sarsito dan Wati ini.
Dari pentas komersil pertama tadi nama Ki Buntas banyak diperbincangkan. Banyak yang terpesona pada gayanya mendalang. Terutama pada sabetan dan sanggit. Dari situ kemudian job tanggapan terus mengalir dan puluhan lakon telah dimainkan.
Berbagai daerah dijelajahi memenuhi permintaan tanggapan dari wilayah Tuban, Gresik, Bojonegoro, Lamongan dan beberapa wilayah Jawa Tengah. Ki Buntas merasa mantap untuk serius menjadi dalang terdorong besarnya tanggung jawab meneruskan trah dalang dan nguri-nguri kesenian adiluhung tersebut.
Saat ini Ki Buntas yang juga guru seni Budaya di SMPN I Tambakboyo juga menjabat ketua Persatuan Pendalang Indonesia (Pepadi) Tuban Tahun 2019-2024.
Lewat wadah tersebut dirinya memiliki obsesi dan harapan lebih memasyarakatkan dunia wayang kulit. Diantara kegiatan Pepadi Tuban yang saat ini digalakkan yaitu mengenalkan karakter wayang kulit pada anak.
“Pengenalan wayang kulit pada anak agar bisa mengenal dan tumbuh rasa menyintai kepada seni wayang kulit sejak usia dini,” ujar Ki Buntas.
Bersama anggota Pepadi yang beranggotakan 50 orang dalang, Ki Buntas berkeliling disekolah-sekolah SD/MI hingga TPQ sekabupaten Tuban untuk mengenalkan wayang kulit pada anak.
Menurutnya setiap kali menggelar kegiatan, antusias anak cukup besar. Selain mendapatkan paparan langsung tentang karakter dalang, banyak yang meminta untuk dimaikan wayang kulit.
“Kami sangat mengharapkan adanya kepedulian dan dukungan Pemkab Tuban untuk mendukung program pengenalan wayang pada anak ini sehingga bisa lebih berkembang dan tidak jalan ditempat,” ujar Ki Buntas yang pernah menyabet prestasi Penghargaan Pemuda Utama Jawa Timur tahun 2018 dari Gubernur Jatim. Dan juara I Pemuda Pelopor Bidang Seni dan Budaya Kabupaten Tuban tahun 2017 itu.
Dirumahnya, Ki Buntas juga mendirikan Sanggar Kusuma Carita yang mengajarakan anak-anak sekolah karawitan dan berbagai kesenian lainnya.
Editor : Prayudianto