Jembatan Cincin, Warisan Kolonial Belanda yang Dikenal Angker di Perbatasan Tuban-Lamongan

Atmo
Lebih dari sekadar infrastruktur transportasi, Jembatan Cincin juga menjadi saksi bisu masa kelam sejarah perjuangan. Foto: iNewsLamongan.id/Atmo

BABAT, iNewsLamongan.id - Jembatan Cincin, yang membentang megah di atas Sungai Purba Bengawan Solo, menyimpan kisah panjang sejarah dan mistis di antara Kabupaten Tuban dan Lamongan, Jawa Timur. Dibangun pada era kolonial Belanda oleh perusahaan Netherlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), jembatan ini dahulu merupakan jalur vital penghubung transportasi kereta api wilayah Babat–Tuban.

Jembatan besi yang dibangun dengan panjang sekitar 200 meter dan lebar 9 meter ini terdiri atas lima segmen masing-masing sepanjang 40 meter. Dirancang sebagai jembatan kelas A, struktur awalnya kuat menopang beban berat, termasuk kereta api, yang mulai melintas pada 1 Desember 1919.

“Jembatan ini merupakan bagian penting dari sejarah kejayaan jalur kereta api di wilayah Lamongan dan Tuban,” ujar Navis Abdul Rouf, sejarawan muda asal Lamongan.

Namun, pada era 1980-an, operasional jalur kereta api dihentikan karena kalah bersaing dengan moda transportasi darat lain. Rel pun ditimbun aspal dan jembatan dialihfungsikan menjadi jalur kendaraan bermotor. Sayangnya, kini kondisinya kian memburuk dan hanya bisa dilalui sepeda motor karena strukturnya yang lapuk dan tak lagi aman.

Saksi Bisu Perang dan Tragedi 1948

Lebih dari sekadar infrastruktur transportasi, Jembatan Cincin juga menjadi saksi bisu masa kelam sejarah perjuangan. Pada masa Agresi Militer Belanda II tahun 1948–1949, jembatan ini mencatat peristiwa jatuhnya wilayah Babat ke tangan pasukan Mariniers Brigade (Marbrig) Belanda.

Menurut Achmad Duri Nitiharjo, pemerhati sejarah asal Surabaya dan alumnus IKIP Negeri Surabaya (kini UNESA), jembatan ini sempat dihancurkan oleh Belanda melalui aksi pengeboman saat masa Perang Dunia II untuk mencegah invasi pasukan Jepang.

“Pengeboman itu juga diduga untuk memutus hubungan antara wilayah Cincin dan Sekalang, agar warga tidak bisa menyelamatkan diri saat serangan terjadi,” ujar Achmad Duri saat ditemui di kediamannya di kawasan Widang, Tuban.

Ia menambahkan, akibat serangan tersebut, banyak warga mengungsi ke daerah sekitar Banguran, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban.

Dikenal Angker dan Sarat Energi Mistis

Selain kisah sejarah, Jembatan Cincin juga dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai tempat yang angker. Beberapa warga mengaku merasakan energi negatif ketika melintasi jembatan tersebut pada malam hari.

“Saya sering melewati jembatan itu. Kalau siang hari memang biasa saja, hanya ngeri melihat kayu lapuk yang menjadi gladak jembatan karena tampak jurang sungai di bawah. Tapi kalau malam, sekitar jam 9, energi negatif mulai terasa. Banyak warga yang pernah melihat penampakan,” ujar seorang warga.

Jembatan yang berdiri dengan enam pilar besar ini kini tampak terlantar. Letaknya berada di antara Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, dan Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan.

Terlunta di Tengah Dualisme Kepemilikan

Menariknya, Jembatan Cincin pernah menjadi rebutan antara Pemerintah Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Tuban. “Dulu sempat diperebutkan. Tapi akhirnya dimenangkan Kabupaten Tuban. Sayangnya, jembatan bersejarah ini malah terkesan diabaikan,” tutur Achmad Duri.

Ia menyayangkan bahwa Kabupaten Tuban, yang memiliki jargon “Bangun Deso Noto Kuto”, justru belum menjadikan jembatan ini sebagai cagar budaya.

Secara terpisah, Wakil Bupati Tuban, Joko Sarwono, saat dikonfirmasi iNews.id menyatakan, “Saya akan koordinasikan lebih dulu.”

Harapan Revitalisasi dan Pelestarian

Kini, masyarakat dan pegiat sejarah berharap adanya perhatian dari pemerintah daerah maupun pusat untuk melakukan revitalisasi dan pelestarian terhadap Jembatan Cincin. Dengan nilai historis yang tinggi, jembatan ini layak menjadi bagian dari warisan budaya yang dilestarikan.

“Jembatan ini tidak hanya menyimpan sejarah transportasi dan perang, tetapi juga nilai budaya yang patut dijaga,” tambah Navis Abdul Rouf.

Revitalisasi jembatan ini tidak hanya akan mengangkat sejarah lokal, tetapi juga membuka potensi wisata heritage yang bisa meningkatkan perekonomian warga sekitar.

Editor : Abdul Wakhid

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network