LAMONGAN,iNewsLamongan.id - Harga kelapa yang terus berfluktuasi membuat para pedagang wingko di Lamongan harus memutar otak agar tetap bisa bertahan. Salah satunya dialami oleh Sucipto, pedagang wingko legendaris yang berjualan di Jalan Panglima Sudirman Nomor 41 A, dekat Stasiun Lamongan.
Sucipto telah menjajakan wingko sejak 10 tahun lalu dan kini merasakan beratnya dampak kenaikan harga kelapa, terutama menjelang Hari Raya Idulfitri. Menurutnya, kelapa yang biasa ia gunakan berasal dari Pulau Bali karena kualitasnya yang cocok untuk membuat jajanan khas Lamongan ini.
“Lidah orang Lamongan ini peka. Dulu pakai kelapa Kalimantan, bentuknya kecil, harganya murah tapi gak cocok,” ujar Sucipto.
Harga kelapa sempat menyentuh Rp45 ribu per butir saat Lebaran, dan kini turun menjadi Rp25 ribu. Namun, menurut Sucipto, harga tersebut masih dirasa memberatkan untuk biaya produksi. Kondisi itu membuatnya terpaksa menaikkan harga jual wingko menjadi Rp25 ribu per 10 biji.
“Untuk menyiasati, harganya (wingko) kami naikkan,” tambahnya.
Dalam sehari, ia mampu memproduksi sekitar 50 biji wingko. Kawasan usahanya dinilai strategis karena berada dekat dengan pusat keramaian seperti Stasiun Lamongan dan Plaza Lamongan. Tak heran jika kini ada 18 toko yang menjual jajanan wingko di sepanjang Jalan Panglima Sudirman.
Sucipto berharap pemerintah daerah bisa lebih memperhatikan potensi wisata kuliner di kawasan tersebut.
“Harapannya Pemerintah setempat dapat memperhatikan potensi tempat saat ini. Mungkin dikasih lampu-lampu seperti di Malioboro Jogja,” pungkasnya.
Editor : Abdul Wakhid
Artikel Terkait
