Ruwahan Sendangduwur: Tradisi Menyambut Ramadan di Lamongan

Abdul Wakhid
Lebih dari sekadar tradisi, Ruwahan Sendangduwur kini telah menjadi agenda wisata budaya tahunan yang sarat makna dan sejarah. Foto: iNewsLamongan.id/Ist

PACIRAN, iNewsLamongan.id-  Menjelang bulan suci Ramadan, masyarakat Lamongan masih mempertahankan tradisi ruwahan sebagai bagian dari persiapan spiritual. Salah satu perayaan ruwahan yang paling meriah adalah Ruwahan Sendangduwur, yang rutin digelar di Desa Sendangduwur, Kecamatan Paciran. Lebih dari sekadar tradisi, Ruwahan Sendangduwur kini telah menjadi agenda wisata budaya tahunan yang sarat makna dan sejarah.

Ruwahan di Lamongan biasanya bertepatan dengan malam Nisfu Syaban, dua minggu sebelum Ramadan tiba. Pada malam penuh berkah ini, masyarakat berbondong-bondong memohon ampunan, membersihkan hati, dan mempererat hubungan sosial dengan tetangga serta kerabat. Salah satu tradisi yang masih lestari adalah penyajian ketupat dan lepet, dua hidangan khas yang memiliki filosofi mendalam.

Pemerhati budaya Lamongan, Navis Abdul Rouf, menjelaskan bahwa ketupat (kupat) dalam bahasa Jawa memiliki makna "ngaku lepat", yang berarti mengakui kesalahan. Sedangkan lepet melambangkan kebersamaan dan persaudaraan yang erat. “Ketupat menjadi simbol permintaan maaf kepada Sang Pencipta maupun sesama, agar kita bisa menjalankan ibadah puasa dengan hati yang bersih dan khusyuk,” tutur Navis, Kamis (13/2/2025).

Tak hanya ketupat dan lepet, masyarakat juga membuat kue apem, yang dalam bahasa Jawa berasal dari kata "afwan" (Arab) yang berarti maaf. Makanan-makanan ini kemudian dibawa ke langgar atau masjid untuk didoakan sebelum dinikmati bersama dalam tradisi brahatan, yang juga dilakukan di daerah tetangga seperti Gresik.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan, Siti Rubikah, mengungkapkan bahwa Ruwahan Sendangduwur tak sekadar tradisi keagamaan, tetapi juga perayaan budaya yang memperkuat identitas masyarakat. Tahun ini, Ruwahan Sendangduwur digelar pada Senin (10/2/2025) dengan berbagai acara yang menarik perhatian warga maupun wisatawan.

“Ruwahan Sendangduwur merupakan bagian dari haul Sunan Sendang ke-440 dan digelar rutin menjelang Ramadan. Tahun ini, kami menyelenggarakan bazar UMKM, pameran sejarah dan budaya, sedekah kuliner, pawai budaya, serta drama kolosal,” ungkap Rubikah.

Salah satu acara yang paling dinantikan adalah drama kolosal tentang Sumur Jangkang, yang menceritakan keajaiban sumur legendaris di Sendangduwur. Drama ini mengangkat kisah harmoni, konflik, dan keputusan besar yang membawa perubahan dalam sejarah desa tersebut.

Dengan kemeriahan acara yang digelar setiap tahun, Ruwahan Sendangduwur bukan sekadar tradisi lokal, tetapi juga wujud pelestarian budaya yang terus berkembang. Di tengah arus modernisasi, masyarakat Lamongan membuktikan bahwa adat dan nilai-nilai leluhur tetap bisa dijaga, bahkan menjadi daya tarik wisata yang memperkaya khasanah budaya Indonesia.

Sebagai warisan budaya yang kaya makna, Ruwahan Sendangduwur bukan hanya ajang perayaan, tetapi juga pengingat akan pentingnya kebersamaan, saling memaafkan, dan menjaga harmoni sebelum memasuki bulan suci Ramadan.

Editor : Abdul Wakhid

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network